Rabu, 02 Maret 2022

Survive untuk Tetap Berkarir pada Gelombang Pandemi 2020

     Halo guys kebetulan besok 02/03/2022 hari libur nasional, jadi malam ini saya tidak bergegas untuk segera tidur hehehe. Ok! seperti yang sudah saya katakan, kelanjutan part II akan segera saya tuliskan. Check it out!

    Setelah periode paket bimbel siswa habis, benar dugaan saya... hanya sedikit sekali yang memperpanjang paket bimbelnya. Itupun kebanyakan dari siswa yang memang sudah bertahun-tahun les di bimbel tersebut. Apalagi mata pelajaran IPS tidak terlalu membutuhkan bimbingan. Pada permulaan tahun pelajaran baru, saya hanya mendapat instruksi dari principal untuk menunggu dua minggu lagi, "kami para principal sedang membuat pertimbangan" begitu ujarnya. 

        Di tengah - tengah masa yang tidak jelas ini saya teringat perkataan teman kerja saya ketika kami sedang sharing. Dia bilang kalau mau informasi loker guru di sekolah banyak yang lewat grup FB. Saya pun berencana untuk mencobanya dengan membuat akun facebook. Sebenarnya ketika umur belasan tahun saya pernah mempunyai facebook tapi sudah saya hapus akunnya hehehe. Gak usah ditanya pasti kalian sudah terbayang kan apa alasannya. Iya bener, alasan yang sangat umum orang menghapus akunnya.

        Selesai membuat akun facebook saya langsung search di kolom pencarian grup info loker guru, ada cukup banyak grup yang tersedia. Sebagian membutuhkan persetujuan admin dan sebagian lainnya tidak. Setelah di acc saya langsung berselancar mencari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan background saya. Tadinya saya belum ada pengalaman mengajar di sekolah, kaitannya bukan ke praktis pekerjaan tetapi bagaimana saya bisa mengenali tipe - tipe sekolah yang ada. Di bayangan saya sekolah itu pasti ya minimal atau kurang lebih seperti sekolah dimana saya dulu pernah bersekolah.

        Mulai lah saya screenshot beberapa lowongan yang bisa saya pertimbangkan. Ada yang apply melalui e-mail dan ada pula yang by whatsapp. Dalam jangka waktu yang tidak seberapa lama, saya mendapat respon dari salah satu sekolah di bilangan Jakarta Barat. Saya sudah pernah beberapa kali ke Jakarta Barat jadi saya merasa familiar dan aman. Tahapannya hanya dengan interview online saja lalu saya pun diterima, agak merasa aneh juga dengan proses yang secepat ini. Tapi buru - buru perasaan itu saya abaikan. 

        Tiba lah saatnya saya memenuhi undangan untuk mendatangi rapat tahun pelajaran baru ke sekolah tersebut. Ketika abang ojol yang saya tumpangi bertanya ke saya "beneran ini kak jalannya?" Seketika saya mengamati sekeliling, terlihat plangkan nama sekolah tersebut yang tidak eyecatching (harus jeli untuk bisa mendeteksi keberadaannya). Saya pun menjawab "sepertinya iya Pak, udah ikutin mapsnya saja." Jalanan yang kami lalui sebelas dua belas dengan jalan offroad yang berupa tanah dan bebatuan. "It's okay fine! Gak masalah jodoh gue orang kaya, batin saya." Jahaha

            Terlihat gerbang besi yang dilapisi polycarbonate seperti yang dipakai untuk kanopi, lebih mirip gerbang rumah karena tidak lebar. Saya pun memasuki halaman sekolah dan menuju ruang guru. Furniture yang ada di dalamnya semua serba minus, bahkan kipasnya sesuatu banget. Saya masih positive thinking disini dengan artian honor per jam nya yang pernah ditawarkan ketika interview online. Saya bandingkan keadaan sekolah dengan kemungkinan kemampuan yayasan untuk memberikan honor. Pikiranpun teralihkan dengan sekolah daring yang sedang diterapkan saat pandemi ini, "oh mungkin saja ini alternatif gedung lama untuk pertemuan karena kan sedang pembelajaran jarak jauh, menghindari sidak kalau misalnya pertemuan dilaksanakan di sekolah utama."

            Okelah disana saya bertemu dengan guru - guru lain yang ternyata juga guru baru seperti saya. Total guru di sekolah tersebut saat itu ada 10, 4 dari pihak yayasan dan 6 dari luar. Saya berkenalan dengan semua guru yang hadir. Ketika rapat sudah berakhir, saya punya kesempatan tuh untuk ngobrol - ngobrol dengan guru baru lainnya. Ternyata kami semua mempunyai pertanyaan yang sama, satu teman saya ini tadinya pegawai bank, satu lagi belum lulus kuliah, jadi kami bertiga masih awam dengan dunia macam - macam sekolah. Pertanyaan itu adalah "Sekolah apa ini?"

            Kami bertiga merasa shock juga mendapati keadaan sekolah yang menakjubkan, ternyata ada sekolah abal - abal seperti ini di tengah kota. Terbersit niat untuk tidak melanjutkan tawaran pekerjaan ini. Pada posisi yang tidak menentu mengenai keputusan principal di perusahaan terdahulu, akhirnya saya memutuskan untuk mengurungkan niat tersebut itung - itung sambil menunggu waktu saya bisa bekerja kembali disana.

               Huh! sampai juga saya satu bulan mengajar di sekolah tersebut. Saya mulai mengenali culture yang berkembang disana. Ternyata itu adalah yayasan yang berdiri tidak melalui prosedur yang benar dan hanya dikelola oleh keluarga. Tujuan pendirian sekolah lebih dominan sebagai sarana untuk mendapatkan uang melalui bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan dibayarkan oleh peserta didiknya. Tidak ada kepedulian pihak sekolah mengenai kualitas pendidikan yang ada. Selama daring tidak melalui zoom meeting ataupun google meet, tetapi hanya grup whatsapp saja untuk mengirimkan tugas. Sarana prasarana tidak memadai, banyak perlengkapan yang kurang layak pakai. Tidak ada perpustakaan yang ada hanya sisa buku sehabis terendam banjir. Yang ketika kami masuk katanya akan diperbaiki, tetapi sampai sekarang masih tergeletak berserakan. Ditambah sekolah tersebut mempekerjakan 2 peserta didiknya dengan cover sebagai admin sekolah, tetapi jobdesknya sama dengan OB. Parahnya lagi setiap hari Sabtu dan Minggu peserta didik tersebut tetap bekerja untuk membersihkan sekolah. (Skip dulu ya, nanti akan saya jabarkan lebih detail pada bahasan tersendiri).

            Setelah sekian lama, akhirnya saya mendapat instruksi lagi dari principal. Saya diminta untuk mengajar lagi dengan waktu yang dikurangi begitu juga dengan gajinya. Oke tidak masalah, saat ini yang saya harapkan hanyalah kembali ke habitat yang baik. Dimana setiap harinya saya bekerja dengan ruangan dan peralatan yang modern dan layak pakai. Bukan berarti saya mengunderestimate sekolah tersebut, tapi saya berbicara realita. Meski demikian selain saya bekerja kembali di kantor lama saya, paginya saya juga masih mengajar di sekolah tersebut. 

            Sekembalinya saya ke kantor lama, hanya membutuhkan waktu singkat saya mendapatkan kejutan yang amazing. Di jam makan siang untuk rekan kerja saya yang lain, dan jam masuk untuk saya yang mengajukan kelonggaran waktu kerja dengan ketentuan bobot yang tetap sama dengan lainnya. Saya yang baru sampai masih mengatur nafas dan melakukan peregangan sejenak. Spontan terdengar bunyi pranggggg satu jenis suara dengan pecahan piring keramik tetapi kekuatan dan kedalaman suaranya lebih besar. 

            Admin kantor yang sedang duduk - duduk di kursi resepsionis berteriak "Apa tuh?" Tapi dengan nada agak kemayu bukan nada membentak. Tidak ada sahutan, tapi samar - samar dari ruangan saya berada terdengar bunyi aliran air yang cukup deras. Bahkan terdengar sampai meja resepsionis. Admin tersebut penasaran lalu berjalan ke arah kamar mandi yang cukup jauh di belakang dekat dengan pantry. Lalu saya mendengar tertawa ngakak khas admin tersebut. Dia bilang "Ya ampun ngapain lu? kayak orang kebanjiran." ke teman kerja saya tersebut. Dia tersenyum meringis lalu meminta tolong untuk memutar klep air PAM yang ada di halaman depan. 

            Saya penasaran dengan kata "banjir" akhirnya saya menyusul admin tersebut menuju sumber kejadian. Jahahaha seketika saya ngakak tapi langsung saya tahan karena bapak - bapak tersebut agak sensi (meskipun dirinya sendiri suka bikin propaganda) yaudah lah ya, gak semua yang ada di dunia ini harus impas wkwkwk. Saya sedikit menunjukkan empati dengan membantu untuk memutar klep yang disambungkan dengan tampungan yang letaknya itu dekat dengan stabilisator. Agak ngeri juga soalnya airnya sudah luber ke pantry yang disitu ada colokan kulkas dan lain - lain. 

                Kebetulan hari itu OB nya sedang keluar, alhasil kami pun juga menelepon kurir kantor yang baru saja meninggalkan cabang tempat saya bekerja menuju cabang di Sunter. Karena upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil, aliran air tidak berubah dan tetap besar. Yang paling mengerti instalasinya tentu hanya OB. Selama menunggu kedatangan OB dan kurir, saya menahan tawa sampai perut saya mules. Melihat rekan kerja saya yang bapak - bapak tersebut berusaha menyumbat pralon yang seharusnya menyambung ke wastafel. Tetapi memancar karena wastafelnya jatuh dan pecah.

                Mau tau nggak kenapa itu wastafel bisa jatuh dan akhirnya pecah? Wkwkwk, karena bapak bapak tersebut mencuci kakinya yang segede gaban dengan cara meletakkan kakinya diatas wastafel lalu membuka keran air dan menggosok - gosok daki di kakinya. Dia sudah sering mempraktikkan aksi tersebut, saya juga pernah melihatnya beraksi. Ok lanjut, akhirnya bapak - bapak tersebut lama kelamaan hanya tinggal memakai singlet dan menggulung celana panjangnya sampai se paha. Saya semakin ngakak melihat ekspresinya yang panik dengan outfit dan pose tangan memegang sumbatan (baju) dan kaki yang tertekuk. 

                Di sela - sela tawa yang membuat perut saya mules maksimal, saya tidak melupakan teman kerja saya yang sedang online di lantai atas. Tidak mungkin saya memanggilnya ke bawah hanya untuk melihat atraksi ini, jadi saya sempatkan untuk memfoto supaya nanti bisa saya tunjukkan ke dia. Sebenarnya saya ingin merekam video, tapi bapak - bapak itu menatap saya dengan tatapan menakutkan akhirnya saya bilang "enggak - enggak gak jadi, lagian gak gua posting juga lo. cuman mau nunjukkan doang ke Miss Irma." Jahaha bodo amat dia juga tidak mungkin merebut HP saya karena kan tangannya bekerja keras melawan arus air yang cukup deras.

Lanjut part III ya, sudah terlalu panjang di bagian ini ....

Secepatnya akan saya posting lagi, stay tune!