Senin, 28 Februari 2022

Survive untuk Tetap Berkarir pada Gelombang Pandemi Covid - 19 Awal Tahun 2020

     Halo guys lama sekali saya tidak menulis di blog, ups ternyata sudah lebih dari 2 tahun ya hmmm... Meskipun pengunjung blog ini tidak ramai, saya selalu mengucapkan terima kasih bagi visitor yang mungkin nyasar kemari hehehe... tolong dibaca sampai selesai ya.... Trimss :) 

    Jadi ketika covid - 19 mulai menggemparkan Indonesia, saat itu sekitar akhir bulan Februari ada WNI yang tiba dari Malaysia, dia seorang penari dan mamanya yang positif covid - 19 lalu dirujuk ke rumah sakit Sulianti Saroso di Sunter, Jakarta Utara. Saya berdomisili di Kelapa Gading dan kebetulan bekerja di area Kelapa Gading. Saat itu di kantor tempat saya bekerja heboh membicarakan seputar penemuan kasus positif covid - 19 pertama kalinya ini. Hal yang saya pikirkan pertama bukan takut terpapar covid - 19 tapi lebih ke rutinitas yang pastinya akan sangat terhambat ditambah kemungkinan buruk tentang pekerjaan dan karir. Saya selalu berusaha untuk tenang dan berpikir positif, tapi tetap saja rasa waspada itu tidak bisa dienyahkan begitu saja.

    Benar saja, saya menerima pengumuman di grup whatsapp kantor mengenai akan diadakan mekanisme dua minggu masuk kerja dan dua minggu work from home (begitu istilah populer yang berkembang saat itu dan masih diterapkan oleh beberapa perusahaan besar sampai saya membuat tulisan ini). Waduh saya membatin "pasti ini gak akan bertahan lama." Sangat galau sekali rasanya, saya bekerja sebagai tutor IPS. Multitasking semua pelajaran dari cabang ilmu IPS di salah satu bimbel ternama disini. 

    Saya berpikir jauh, pasti ketika paket bimbel siswa kami telah habis hanya sedikit sekali yang akan memperpanjangnya. Itupun pasti kebanyakan siswa IPA sementara yang IPS sepertinya tidak banyak harapan. Sambil mengikuti mekanisme yang diterapkan oleh pihak manajemen, kaitannya dengan upaya menghambat penyebaran covid - 19, saya juga bersiap untuk kondisi terburuk yang bisa terjadi kapan saja.

    Tidak puas dengan analisis terkait situasi yang saya buat dari pemikiran sendiri, saya pun mengechat teman kerja saya yang saat itu sudah dipindahkan ke cabang baru di Gading Serpong, Tangerang. Saya merasa cukup nyaman sharing dengan dia. Justru pada saat itu malah saya menjadi sungkan sendiri, karena ternyata di cabang tersebut masih sedikit sekali siswa yang belajar. Alias kemungkinan terburuk akan lebih cepat terjadi disana.

    Pada akhirnya mekanisme dua minggu masuk kerja dua minggu work from home tidak berjalan lama, saya mendapat chat yang ditujukan secara pribadi dari principal bahwa saya akan diberhentikan sementara sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Pemberhentian ini diberlakukan bagi karyawan yang masih kontrak, artinya ini juga berlaku bagi teman saya di Gading Serpong. Well, saya sudah mengira akan terjadi hal seperti ini. Saya pun ikhlas dengan keadaan yang terjadi. Bahkan tidak terpikirkan untuk scroll jobstreet lagi, entah mengapa malah saya terjebak dengan cultural shock yang cepat sekali berubah. Seolah - olah peradaban manusia menjadi lenyap dan dunia menjadi agak mencekam. Saya perhatikan ketika di perjalanan sangat sedikit sekali kendaraan yang berlalu lalang dan banyak tempat umum dibatasi pengunjungnya. 

    Saya mengisi hari - hari dengan menghibur diri dalam keterbatasan gerak ini dengan berekspresi di depan kamera aplikasi tiktok. Ya ini adalah aplikasi yang mewarnai hidup saya di masa itu hahaha. Proses pembuatan video tiktok saya sempat terjeda, ternyata karena ada pesan masuk. Saya lihat namanya, oh itu principal di tempat saya bekerja. Disana saya mendapat pengumuman lagi, bahwasanya jasa saya masih dibutuhkan untuk tetap memberikan les bagi siswa yang masih dalam paket bimbel. Perbedaannya ini dilakukan secara daring melalui chat saja, alhamdulillah batin saya. Masih ada sedikit oksigen di tengah engapnya kehidupan akibat pandemi covid - 19.

    Selang beberapa hari dari saya menerima pesan tersebut, saya mengechat teman saya yang ditempatkan di cabang Gading Serpong itu. Saya menanyakan apakah mendapat pesan yang sama. Dia pun menjawab tidak, karena disana siswanya masih sangat sedikit sehingga bisa dibantu cover oleh pusat, yang mana saya ditempatkan di pusat ini. Mendengar pengakuan dari teman saya yang membuatnya sedih itu, lantas saya memberikan masukan untuk mencoba melamar pekerjaan lain terlebih dahulu. Supaya tetap produktif dan syukur - syukur mendapatkan tempat kerja yang lebih baik.

    Well, pada kenyataannya memberikan les dengan chat ini sangat ribet dan melelahkan. Dituntut untuk bisa segera mengirimkan jawaban, kok rasanya jadi seperti joki ulangan. Sebenarnya saya merasa tidak nyaman dengan mekanisme seperti ini tapi ya sudahlah selesaikan saja dulu. Apalagi di sekolah ini baru awal pembiasaan belajar secara daring, siswa masih awam jadi ya saya maklum jika dibom soal. Saya bertahan cukup lama pada posisi seperti ini sekitar sampai akhir bulan Juni, tepatnya ketika penilaian akhir semester. Dalam jangka waktu tersebut terjadi dua atau tiga kali saya lupa tepatnya, mekanisme pemberian gaji yang tentunya semakin lama semakin dikurangi. Oke baik... saya juga bisa memahami bagaimana kondisi perusahaan saat itu.

    Lanjut bagian dua ya guys.... 

    Pada part II nanti saya akan bercerita keputusan final perusahaan pada bulan Desember 2020 dan ada cerita menarik tentang rekan kerja saya yang memecahkan wastafel, heran loh kok bisa hahaha. Stay tuned ya!


Ini guys nyusahin OB kan jadinya, btw itu baju OB nya ada tulisan nama perusahaan tapi aku ilangin supaya privasinya terjaga :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar